Dawet Ayu, Minuman Khas Banjarnegara yang Tersohor di Indonesia

Ditulis Oleh admin

November 10, 2022

Dawet ayu merupakan minuman asli khas Banjarnegara. Dawet dibuat dari rebusan tepung beras. Warna hijaunya diperoleh secara alami dari perasan daun pandan. Pemanisnya menggunakan gula kelapa, dan santannya alami dari perasan buah kelapa segar.

Saat ini dawet ayu Banjarnegara mudah ditemukan di berbagai kota. Perpaduan yang tepat antara cendol beraroma pandan, santan yang dipadu dengan gula aren dan durian merupakan cita rasa khas Dawet Ayu. Konon bagi yang meminumnya akan serasa sepuluh tahun lebih muda dan menjadi Ayu.

Para penjual dawet biasa menggunakan pikulan yang khas untuk berjualan. Pikulan tersebut disebut angkringan dawet ayu atau angdayu. Ada dua gentong besar yang ditempatkan di sisi kanan dan kiri pikulan. Isinya masing-masing adalah santan dan dawet. Gentong besar tersebut dibuat dari tanah liat yang dipercaya bisa menjaga suhu dawet dan santan tetap dingin sehingga pedagang tak perlu lagi menggunakan es batu.

Namun kini, banyak juga penjual dawet yang menggunakan es batu agar dawet semakin segar. Kini juga semakin banyak pedagang yang menjual dawet dengan gerobak dan menggunakan ember plastik ketimbang gentong tanah liat.

” Dawet Ayu Banjarnegara juga mendapatkan dua piala penghargaan pada acara Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020. Dawet Ayu Banjarnegara  ditetapkan sebagai ‘Minuman Tradisional Terpopuler’ meraih Juara 1 pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020 sekaligus sebagai minuman terfavorit pilihan masyarakat Indonesia pada Minggu 23 Mei 2021″

Asal usul dawet ayu masih simpang siur dan punya banyak versi.

Menurut Ketua Dewan Kesenian Banjarnegara Tjundaroso, dawet Banjarnegara bisa meraih popularitas konon berawal dari lagu yang diciptakan seniman Banjarnegara bernama Bono.

Lagu berjudul “Dawet Ayu Banjarnegara” ini dipopulerkan kembali oleh Grup Seni Calung dan Lawak Banyumas Peang Penjol pada 1980-an. Grup ini terkenal di Karesidenan Banyumas pada era 1970-1980-an. Selain versi tersebut, ada pula versi Ahmad Tohari yang mengatakan bahwa berdasarkan cerita tutur turun temurun, ada sebuah keluarga yang berjualan dawet sejak awal abad ke-20.

Generasi ketiga pedagang itu terkenal karena cantik. Karena itulah dawet yang dijual sering disebut orang sebagai dawet ayu. Versi Tohari ini mirip dengan keterangan tokoh masyarakat Banyumas, Kiai Haji Khatibul Umam Wiranu. Nama dawet ayu muncul dari pedagang yang bernama Munardjo. Istrinya begitu cantik sehingga dawetnya disebut sebagai dawet ayu.

*dari berbagai sumber

[supsystic-social-sharing id='1']

Berita Terkait……

Soto Krandegan Asli Banjarnegara

Soto Krandegan Asli Banjarnegara

Masyarakat luar Banjarnegara mungkin masih jarang yang tahu soto Krandegan. Soto Banjarnegara atau yang lebih dikenal...

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *